Senin, 30 Januari 2017

Renungan : oleh Romo Rusbani Setiawan BS.
 
Catatan di Penghujung Hari
30 Januari 2017

Dalam dua hari terakhir beredar transkrip percakapan telepon antara yang dianggap sebagai suara Firza Husein dan yang disebut sebagai Emma. Selain transkrip pembicaraan telephone juga berseliweran transkrip pembicaraan melalui media sosial antara yang dianggap Firza Husein dengan yang dianggap Habib Rizieq. Entah benar atau tidak transkrip itu, namun mengunggah transkrip pembicaraan sebagai berita dan menyebarkannya adalah tindakan yang mengerikan. Bahkan tidak jarang penyebaran transkrip itu disertai kalimat-kalimat “hujatan”. Kesan yang muncul adalah usaha untuk menelanjangi aib seseorang. Bisa jadi yang ditelanjangi adalah orang yang dianggap amat jahat sehingga dianggap layak untuk ditelanjangi.
Penelanjangan dan pembunuhan karakter seseorang sering terjadi lewat media sosial, apalagi dengan menggunakan media sosial pelaku menjadi anonim. Dan banyak orang dengan mudah untuk menyebarkannya. Perilaku penelanjangan dan pembunuhan karakter telah melukai rasa kemanusiaan dan keadilan. Dengan demikian periku seperti itu jauh dari keadaban. Semua itu bersumber dari rasa benci seseorang.
Kebencian yang dipelihara mendorong seseorang untuk bersikap menghilangkan orang yang dibencinya, baik secara fisik dalam arti membunuh orang, menghilangkan karakter seseorang dengan melakukan pembunuhan karakter, atau suatu sikap tidak menghargai keberadaan seseorang.
Saat ini media sosial telah dipakai sebagai sarana untuk menebar kebencian dan ajakan untuk ikut dalam kebencian. Dengan demikian berapa banyak orang yang telah dijerumuskan untuk menjadi “pembunuh”. Fungsi Media sosial adalah menjadi “jembatan” seorang dengan orang lain. Maka seharus media sosial dimanfaatkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan cinta kasih. Media sosial seharusnya melahirkan agen-agen cinta kasih.

Iwan Roes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar