Rabu, 11 Januari 2017

Renungan : oleh Romo Rusbani Setiawan BS


Catatan di Penghujung Hari
11 Januari 2017

Harian Kompas yang terbit beberapa hari yang lalu memberitakan adanya banyak orang panik terkait dengan aturan baru biaya pengurusan surat-surat kendaraan bermotor. Akibatnya banyak orang berbondong-bondong memadati kantor dan gerai Samsat di sejumlah daerah. Umumnya mereka memahami bahwa terjadi kenaikan pajak kendaraan bermotor sebesar 200 hingga 400 prosen. Ternyata setelah berjibaku mengantri, mereka baru tahu bahwa yang naik bukan pajak kendaraan bermotor tetapi biaya administrasinya.
Orang yang panik menjadi amat reaktif dan mudah untuk digerakkan karena kepanikan menjadikan orang tidak mampu lagi berpikir jernih, tidak mampu lagi menimbang bahkan tidak mampu lagi membuat keputusan. Akibatnya tindakan yang diambil berdasarkan emosi yang meletup pada saat itu. Adanya kelemahan pada diri orang yang panik , sering kali dimanfaat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan menyebarkan berita bohong yang mengakibatkan kepanikan. Mereka memanfaatkan kelemahan orang yang panik untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri dan atau kelompoknya.
Hal yang lain yang bisa dilakukan adalah pembelajaran diri dalam menghadapi suatu berita. Belajar menjadi tenang, minimal belajar menenangkan diri sehingga kemampuan untuk berpikir jernih kembali muncul. Dengan demikian mampu untuk mencerna dan mengklarifikasi berita. Hal yang paling sederhana untuk dicoba adalah mengambil nafas dalam-dalam beberapa kali dan membiarkan nafas kembali normal. Saat itu ketenangan akan muncul dan kemampuan berpikir jernih akan kembali.
Iwan Roes


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar