Renungan oleh : Romo Rusbani Setiawan BS.
Catatan di Penghujung Hari,
25 Januari 2017
25 Januari 2017
Beberapa
murid di sebuah sekolah dalam dua minggu terakhir ini sibuk berlatih
untuk menghadapi sebuah perlombaan. Sebenarnya mereka benar-benar
berlatih dan menyiapkan diri untuk berlomba hanya dalam minggu terakhir
ini. Persiapan dalam waktu seminggu pasti bukan persiapan yang baik.
Memang ada kesan pihak sekolah tidak serius untuk mengikuti perlombaan
tetapi karena perlombaan diadakan oleh yayasan maka sekolah “terpaksa”
ikut. Jadi keikut sertaan sekolah dalam
lomba ini hanya sekedar terlibat dari pada tidak. Adalah hak sekolah
untuk mengikut sertakan peserta didiknya dalam sebuah lomba atau tidak,
dengan berbagai pertimbangan. Perlombaan bukan soal menang kalah, juara
atau tidak juara semata, tetapi perlombaan harus dilihat sebagai bagian
pendidikan dan penanaman nilai. Ada banyak nilai yang dapat ditanamkan
dan diperjuangkan bagi peserta didik dalam perlombaan. Salah satu nilai
adalah nilai ksatria; dalam perlombaan perlu persiapan yang baik, butuh
perjuangan yang luar biasa, menghargai lawan bertanding dan tidak
melihat mereka sebagai musuh, mentaati peraturan pertandingan, dan
apabila kalah berani mengakui bahwa lawan lebih baik. Dengan demikian
melihat perlombaan selalu dalam kerangka pendidikan.
Daoed Joesoef dalam tulisan di Harian Kompas hari ini di bawah judul “Memikir Ulang Pendidikan” mengatakan: Pendidikan bertujuan mengetahui bukan fakta, melainkan nilai. Adalah suatu keniscayaan, menurut Einstein, bahwa siswa/mahasiswa mendapat pemahaman dan perasaan tentang nilai. Dia perlu memperoleh makna yang jernih mengenai keindahan dan kebaikan moral. Jika tidak dengan pengetahuannya yang spesialistis dia akan lebih mirip dengan a well trained dog than a harmoniously developed person, orang yang berilmu pengetahuan tetapi tanpa karakter yang baik.
Tampaknya para pendidik terjebak dengan tekanan kurikulum sehingga lupa menggali dan memperjuangkan penanaman nilai-nilai bagi peserta didik. Kesadaran para pelaku pendidikan bahwa pendidikan peserta didik adalah pendidikan generasi masa datang. Dengan demikian peserta didik yang adalah generasi masa depan bangsa menjadi korban dari sebuah system pendidikan.
Daoed Joesoef dalam tulisan di Harian Kompas hari ini di bawah judul “Memikir Ulang Pendidikan” mengatakan: Pendidikan bertujuan mengetahui bukan fakta, melainkan nilai. Adalah suatu keniscayaan, menurut Einstein, bahwa siswa/mahasiswa mendapat pemahaman dan perasaan tentang nilai. Dia perlu memperoleh makna yang jernih mengenai keindahan dan kebaikan moral. Jika tidak dengan pengetahuannya yang spesialistis dia akan lebih mirip dengan a well trained dog than a harmoniously developed person, orang yang berilmu pengetahuan tetapi tanpa karakter yang baik.
Tampaknya para pendidik terjebak dengan tekanan kurikulum sehingga lupa menggali dan memperjuangkan penanaman nilai-nilai bagi peserta didik. Kesadaran para pelaku pendidikan bahwa pendidikan peserta didik adalah pendidikan generasi masa datang. Dengan demikian peserta didik yang adalah generasi masa depan bangsa menjadi korban dari sebuah system pendidikan.
Iwan Roes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar