Senin, 23 Januari 2017

Renungan oleh : Romo Rusbani Setiawan BS.

Catatan di Penghujung Hari 23 Januari 2017
Harian Kompas hari ini memberitakan bahwa Direktur Utama Garuda Indonesia (2005 – 2014) Emirsyah Satar bersedia bersikap kooperatif kepada Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengungkap kebenaran terkait suap pengadaan mesin pesawat Garuda dari Rolls – Royce Plc. Bersikap kooperatif diartikan bahwa akan mengungkapkan dengan jujur berapa yang dikorupsi dan siapa saja yang terlibat. Berita tentang tersangka kasus korupsi bersikap kooperatif bukan kali ini saja. Bahkan beberapa tersangka bersedia atau mengajukan diri menjadi justice collaborator. Sikap kooperatif para tersangka kasus korupsi mendapat nilai positif dari penegak hokum, bahkan masyarakat pun memberi apresiasi positif, karena akan mengungkap terang benderang atas kasus tersebut. Pertanyaan yang muncul dan mengganjal adalah benarkah sikap kooperatif mereka sebagai sikap yang positif artinya sebuah sikap ksatria berani menanggung segala resiko atas perbuatannya? Sikap-sikap mereka mengingatkan sikap anak-anak sekolah menengah yang ketahuan mencontek. Pada saat ditegur oleh gurunya, mereka menjawab bahwa bukan hanya dirinya yang mencontek tetapi banyak teman, dan ia akan menyebut semua teman yang mencontek. Entahlah, apakah anak-anak meniru sikap orang-orang tua atau orang-orang tua yang meniru sikap anak-anak. Dengan perbandingan itu jelaslah bahwa sikap kooperatif bukan pertama-tama sebuah sikap pahlawan yang membongkar persekongkolan jahat dan juga bukan sikap ksatria yang berani menanggung resiko atas perbuatannya melainkan sebuah tindakan untuk menyelamatkan diri. Semakin sulit menemukan sosok – sosok ksatria di negeri ini. Yang bertebaran adalah sosok – sosok yang mencari selamat untuk diri sendiri, bahkan bila harus mengorbankan orang lain.
 
Iwan Roes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar