JANGAN LUPA HADIR DI
MISA TIRAKATAN/ NOVENA IX
Kamis 30 November 2017
di "TEBAR KAMULYAN" Subang
Selasa, 28 November 2017
Senin, 30 Oktober 2017
Romo Sigit, Pengurus DPP dan segenap Umat Paroki Kristus Sang Penabur Subang ,
Mengucapkan :
"TURUT BERDUKACITA" atas meninggalnya Ayahanda Romo Rusbani Setiawan (Romo Iwan) pada hari ini 31 Oktober 2017 di kota Solo dan akan dikebumikan hari Rabu 1 November 2017, semoga Arwah Ayahanda Romo Iwan mendapatkan tempat terbaik disisi Bapa di Surga dan semoga Romo Iwan serta segenap handai taulan yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan,...Tuhan memberkati.
Mengucapkan :
"TURUT BERDUKACITA" atas meninggalnya Ayahanda Romo Rusbani Setiawan (Romo Iwan) pada hari ini 31 Oktober 2017 di kota Solo dan akan dikebumikan hari Rabu 1 November 2017, semoga Arwah Ayahanda Romo Iwan mendapatkan tempat terbaik disisi Bapa di Surga dan semoga Romo Iwan serta segenap handai taulan yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan,...Tuhan memberkati.
Rabu, 20 September 2017
Rabu, 12 Juli 2017
Jumat, 09 Juni 2017
Liputan Dalam Gambar :
MISA TIRAKATAN/ NOVENA KE V di TEBAR KAMULYAN
MISA TIRAKATAN/ NOVENA KE V di TEBAR KAMULYAN
Misa Tirakatan/ Novena V Kamis 8 Juni 2017 di Taman
Doa Bunda Kristus "TEBAR KAMULYAN" Subang, dipimpin oleh Pastor
Rudyanto Bunawan, Pr. dengan Tema : Mengatasi Masalah Keluarga Dalam
Terang Roh Kudus. Dalam renungannya beberapa kali Romo Rudy bertanya
bahwa berapa kali anda harus mengampuni kesalah yang telah diperbuat
Suami/ Istri ..... kalo didalam kitab suci disebutkan tujuh puluh kali
tujuh kali..... perlu diingat bahwa dengan pentakosta maka anda
semuanya sudah mendapatkan terang dari Roh Kudus, maka hendaknya itu
akan menggerakkan kita untuk bisa saling mengampuni...
Misa ditutup dengan Adorasi .... yang dilanjutkan dengan menikmati Nasi
liwet bersama, karena diluar dugaan bahwa begitu banyak umat yang hadir
..... bilamana ada umat/ peziarah yang tidak sempat ikut menikmati
liwetnya pihak panitia mohon maaf, Atas kehadiran Bapak/ Ibu dalam
kegiatan ini kami ucapkan terimakasih...Tuhan memberkati
Rabu, 07 Juni 2017
Kamis, 25 Mei 2017
Renovasi atap Gua Maria telah selesai dilaksanakan, ... sekarang sedang
dilakukan pemeliharaan patung diorama Taman Doa.. atas nama Romo Paroki
dan pengurus Taman Doa Bunda Kristus Tebar Kamulyan Paroki Subang, kami mengucapkan terima
kasih kepada donatur yg telah menyumbang dan semua pihak yang telah membantu hingga kegiatan renovasi ini
bisa dilaksanakan, semoga budi baik dan partisipasi bapak/ibu akan mendapatkan Rahmat
yang berlimpah dari Tuhan..
.
Jumat, 19 Mei 2017
Romo Paroki, Pengurus DPP dan Segenap Umat Paroki Kristus Sang Penabur
Subang mengucapkan "Bela Sungkawa" atas meninggalnya Bpk. Erick Rudy
Susanto (Kikim).
Pada Hari Jum'at 19 Mei 2017 pukul 06.00 di Bandung. Jenazah akan disemayamkan di rumah Ibu Subasli ; Jl. Pasar Lama Subang. Semoga Arwah Bpk. Kikim diberikan kemudahan menuju Rumah Bapa di Surga dan beroleh kebahagiaan kekal bersama para kudus di surga
Pemakaman akan dilaksanakan hari Minggu 21 Mei 2017 pukul 10.00. Malam ini akan diadakan Doa Arwah pukul 19.00 .
Pada Hari Jum'at 19 Mei 2017 pukul 06.00 di Bandung. Jenazah akan disemayamkan di rumah Ibu Subasli ; Jl. Pasar Lama Subang. Semoga Arwah Bpk. Kikim diberikan kemudahan menuju Rumah Bapa di Surga dan beroleh kebahagiaan kekal bersama para kudus di surga
Pemakaman akan dilaksanakan hari Minggu 21 Mei 2017 pukul 10.00. Malam ini akan diadakan Doa Arwah pukul 19.00 .
Kamis, 18 Mei 2017
Renungan : oleh Romo Rusbani Setiawan BS
Catatan di Penghujung Hari
18 Mei 2017
Catatan di Penghujung Hari
18 Mei 2017
Beberapa waktu yang lalu beredar berita seorang anak perempuan
menggugat ibu kandungnya yang sudah sepuh ke pengadilan, berkaitan
dengan masalah utang piutang. Ibu dituduh tidak mau mengembalikan uang
yang dipinjamnya. Sementara menurut sang ibu, ia diminta menandatangani
berkas piutang untuk menyelamatkan rumah tangga putrinya yang sekarang
menggugat. Peristiwa yang menyedihkan dan mengusik nurani banyak orang
baik. membesarkan dan memberi kehidupan dengan cinta, sekarang menggugat
ke pengadilan dengan akibat ibu dipenjara. Gak masuk dinalar, tapi
terjadi. Belum lagi peristiwa ini selesai muncul berita seorang bapak
digugat oleh anak angkatnya berkaitan dengan tanah warisan. Bapak yang
menyayangi anaknya akan mewariskan tanah dan rumah untuk putra
angkatnya, maka bapak mengusahakan agar sertifikat atas nama putra
angkatnya. Ketika seluruh proses selesai, bapak digugat dengan tuduhan
menggelapkan dan menyerobot. Dimana nalar putra angkat itu? Sudah
sedemikian parahkan virus materialisme, dan virus kelobaan telah
mempengaruhi banyak manusia? Betapa sedih dan berapa banyak air mata
yang tertumpah dari para orang tua yang harus berhadapan dengan putra
atau putri tercinta di meja hijau. Kiranya peristiwa ini juga membuat
banyak orang tua yang sedih dan menangis.
Para bapa dan ibu bangsa negeri ini kiranya juga sedang meratap dan menangis menyaksikan ulah sejumlah putra bangsa akhir-akhir ini. Negeri yang dibangun dengan darah dan nyawa agar tegak berdiri; negeri yang dibangun dengan penuh cinta dan pengabdian agar mengayomi seluruh putra bangsa, negeri yang dibangun dengan semangat persaudaraan dan kesatuan hati agar segala perbedaan menampakan kekayaan dan memperkaya putra bangsa telah dikoyak oleh sekelompok putra bangsa. Bukan hanya dikoyak bangunan dan tatanan negeri yang diperjuangkan oleh para bapa dan ibu bangsa negeri akan dirombak, akan diganti dan bahkan dasar pondasi tegaknya negeri ini akan dihilangkan. Sekelompok putra bangsa ini ingin membenturkan diri dengan sesama putra bangsa dan bahkan sekolompok putra bangsa ini merasa yang berhak atas negeri ini. Mereka bukan yang terbanyak, bukan pula yang terbesar apalagi yang terkuat. Mereka nampak banyak, besar dan kuat karena mereka yang berteriak terus menerus dan diberi panggung. Akibatnya mereka merasa kuat dan mau menduduki dan menguasai negeri ini. Mereka tidak lupa, tidak tahu atau bahkan membutakan diri dari sejarah negeri ini. Mereka mengabaikan bapa dan ibu bangsa negeri ini. Para bapa dan ibu bangsa meratap dan menangis pilu melihat kelakukan sekelompok putra-putri bangsa ini.
Keserakahan, dan keakuan telah merusak banyak putra bangsa, yang pada ujungnya merobek tatanan negeri ini. Amat menyedihkan. Namun demikian masih banyak putra-putri bangsa negeri ini yang belum terkena virus keserakahan dan keakuan tetapi masih diam. Saatnya sekarang bangun dan bergerak untuk menyelamatkan masyarakat dan bangsa ini dari virus-virus yang sudah, sedang dan akan merusak masyarakat dan tatanan bangsa ini. Jangan biarkan ibu pertiwi menangis dan meratap.
Para bapa dan ibu bangsa negeri ini kiranya juga sedang meratap dan menangis menyaksikan ulah sejumlah putra bangsa akhir-akhir ini. Negeri yang dibangun dengan darah dan nyawa agar tegak berdiri; negeri yang dibangun dengan penuh cinta dan pengabdian agar mengayomi seluruh putra bangsa, negeri yang dibangun dengan semangat persaudaraan dan kesatuan hati agar segala perbedaan menampakan kekayaan dan memperkaya putra bangsa telah dikoyak oleh sekelompok putra bangsa. Bukan hanya dikoyak bangunan dan tatanan negeri yang diperjuangkan oleh para bapa dan ibu bangsa negeri akan dirombak, akan diganti dan bahkan dasar pondasi tegaknya negeri ini akan dihilangkan. Sekelompok putra bangsa ini ingin membenturkan diri dengan sesama putra bangsa dan bahkan sekolompok putra bangsa ini merasa yang berhak atas negeri ini. Mereka bukan yang terbanyak, bukan pula yang terbesar apalagi yang terkuat. Mereka nampak banyak, besar dan kuat karena mereka yang berteriak terus menerus dan diberi panggung. Akibatnya mereka merasa kuat dan mau menduduki dan menguasai negeri ini. Mereka tidak lupa, tidak tahu atau bahkan membutakan diri dari sejarah negeri ini. Mereka mengabaikan bapa dan ibu bangsa negeri ini. Para bapa dan ibu bangsa meratap dan menangis pilu melihat kelakukan sekelompok putra-putri bangsa ini.
Keserakahan, dan keakuan telah merusak banyak putra bangsa, yang pada ujungnya merobek tatanan negeri ini. Amat menyedihkan. Namun demikian masih banyak putra-putri bangsa negeri ini yang belum terkena virus keserakahan dan keakuan tetapi masih diam. Saatnya sekarang bangun dan bergerak untuk menyelamatkan masyarakat dan bangsa ini dari virus-virus yang sudah, sedang dan akan merusak masyarakat dan tatanan bangsa ini. Jangan biarkan ibu pertiwi menangis dan meratap.
Iwan Roes
Renungan oleh : Romo Rusbani Setiawan BS.
Catatan di Penghujung Hari
13 Mei 2017
Catatan di Penghujung Hari
13 Mei 2017
Dalam sebuah perjumpaan dengan seorang bapak, bapak itu bercerita
bagaimana keluarga mereka menyelesaikan konflik. Ia menceritakan salah
satu pengalaman bagaimana keluarga itu menyelesaian konflik dengan putri
remajanya. Hari itu, putrinya pergi ke luar kota yang berjarak kurang
lebih 2 jam perjalan dari kota tempat keluarga itu tinggal. Putri itu
pergi dengan beberapa teman sekolahnya untuk suatu
tugas sekolah diantar oleh sopir keluarga itu. Acara sekolah itu
berlangsung dari pagi hingga jam 18.00. Kira-kira jam 19.00 putri itu
menghubungi mamanya melalui telp, memberi tahu bahwa dia dan
teman-temannya tidak langsung pulang tetapi akan nonton film lebih
dahulu. Mamanya bertanya mau nonton jam berapa? Putrinya menjawab bahwa
akan nonton jam 19.30. Mamanya keberatan karena sampai rumah akan
terlalu malam kasihan bapak sopir. Putri itu ngotot bahwa mereka sudah
dalam perjalanan menuju tempat nonton, mamanya dengan halus namun tegas
meminta putrinya untuk langsung pulang. Putrinya dengan kecewa menuruti
apa yang dikatakan mamanya.
Malam hari setelah sampai di rumah, setelah putri itu mandi dan istirahat, bapak itu mengajak putrinya dan mamanya untuk bicara bersama. Bapaknya memulai dengan meminta maaf karena telah mengecewakan putrinya, dan membuat putrinya marah. Bapak itu menjelasakan kenapa mamanya meminta segera pulang dan tidak mengijinkan putrinya nontn. Bapak menjelaskan bahwa sebenarnya orang tua setuju dan tidak keberatan putrinya dan teman-temannya nonton akan tetapi pada hari itu, istri pak sopir sedang sakit. Bapak menjelaskan kalau dirinya menjadi sopir dan istrinya sedang sakit, tidak ingin pergi jauh dan lama karena ingin menemani dan menjaga istrinya. Namun karena perintah majikan dia mau tidak mau harus pergi. Maka keputusan melarang nonton adalah bentuk empati kepada p. Sopir. Dari dialog ini putrinya mengerti dan tidak menjadi marah. Konflik dapat diselesaikan dengan damai penuh kasih dan ada pelajaran bagi putri terkasih untuk tidak memikirkan kepentingan sendiri tetapi ada empati pada orang lain meski dia adalah bawahanku.
Ada banyak konflik yang terjadi di sekitar kita. Penyebab konflik karena tidak ada pemahaman yang benar akan sebuah persoalan dan juga tidak ada sikap untuk duduk bersama. Duduk bersama berarti menempatkan diri sebagai yang sejajar, ada sikap hormat satu dengan yang lain, tidak mencari menang sendiri dan memaksakan pendapat. Dengan cara demikian banyak persoalan dapat diselesaikan dengan damai dan penuh kasih.
Persoalan dan konflik di negeri ini semakin meruncing karena ada pihak-pihak atau golongan-golongan tertentu yang merasa lebih kuat dan memanfaatkan kekuatan untuk memaksakan kehendak. Sikap yang merusak persaudaraan dan bahkan merusak peradaban manusia, karena cinta adalah tanda keadaban manusia.
Malam hari setelah sampai di rumah, setelah putri itu mandi dan istirahat, bapak itu mengajak putrinya dan mamanya untuk bicara bersama. Bapaknya memulai dengan meminta maaf karena telah mengecewakan putrinya, dan membuat putrinya marah. Bapak itu menjelasakan kenapa mamanya meminta segera pulang dan tidak mengijinkan putrinya nontn. Bapak menjelaskan bahwa sebenarnya orang tua setuju dan tidak keberatan putrinya dan teman-temannya nonton akan tetapi pada hari itu, istri pak sopir sedang sakit. Bapak menjelaskan kalau dirinya menjadi sopir dan istrinya sedang sakit, tidak ingin pergi jauh dan lama karena ingin menemani dan menjaga istrinya. Namun karena perintah majikan dia mau tidak mau harus pergi. Maka keputusan melarang nonton adalah bentuk empati kepada p. Sopir. Dari dialog ini putrinya mengerti dan tidak menjadi marah. Konflik dapat diselesaikan dengan damai penuh kasih dan ada pelajaran bagi putri terkasih untuk tidak memikirkan kepentingan sendiri tetapi ada empati pada orang lain meski dia adalah bawahanku.
Ada banyak konflik yang terjadi di sekitar kita. Penyebab konflik karena tidak ada pemahaman yang benar akan sebuah persoalan dan juga tidak ada sikap untuk duduk bersama. Duduk bersama berarti menempatkan diri sebagai yang sejajar, ada sikap hormat satu dengan yang lain, tidak mencari menang sendiri dan memaksakan pendapat. Dengan cara demikian banyak persoalan dapat diselesaikan dengan damai dan penuh kasih.
Persoalan dan konflik di negeri ini semakin meruncing karena ada pihak-pihak atau golongan-golongan tertentu yang merasa lebih kuat dan memanfaatkan kekuatan untuk memaksakan kehendak. Sikap yang merusak persaudaraan dan bahkan merusak peradaban manusia, karena cinta adalah tanda keadaban manusia.
Iwan Roes
Kamis, 11 Mei 2017
Renungan : oleh Romo Rusbani Setisean BS.
Catatan di Penghujung Hari
10 Mei 2017
Saat makan siang, setelah mendengar Hakim memutuskan Ahok dihukum 2 tahun penjara, seorang teman bertanya: ”Saat seperti ini Tuhan ada dimana? Apa sih kehendak Tuhan dengan peristiwa ini? Kenapa orang yang baik, berjuang untuk masyarakat harus dizolimi dan mengalami ketidakadilan? Saat Majelis Hakim memutuskan bukankah mereka mengatasnamakan Allah?” Pertanyaan yang menohok dan sulit untuk dijawab. Saya balik bertanya: Bukankah ini masalah hukum yang dibawa pada ranah politik? Kenapa mesti dipertanyakan secara teologis? “Banyak orang menangis dan bersedih saat mendengar keputusan itu, apakah mereka orang yang mengerti hukum dan politik? Bukankah mereka orang biasa yang mempertanyakan keadilan dan cinta? Bukankah mereka masuk dalam pengalaman akan Allah yang berarti masalah teologis?” : Sahut teman itu.
Pertanyaan teman itu adalah pertanyaan existensial manusia ketika kemampuan manusiawi tidak lagi bisa menjawab persoalan yang dihadapi. Akan tetapi mungkin juga pertanyaan itu adalah bentuk kekesalan atas situasi negeri ini yang memenangkan sekelompok orang yang menggunakan kekuatan massa untuk menekan penguasa negeri ini sehingga menuruti kemauan mereka. Berhadapan dengan peristiwa putusan pengadilan banyak orang mempertanyakan dimana keadilan berada. Ketika pengadilan jauh dari rasa keadilan maka yang hilang adalah hati nurani. Maka orang yang menangis dan sedih adalah orang-orang yang merasakan hilangnya hati nurani. Mereka merasakan hati nurani mereka terkoyak oleh perilaku orang-orang yang kehilangan rasa dan hati nuraninya. Mereka yang kehilangan hati nurani hanya akan mengandalkan nalar saja, itupun sudah tidak jernih lagi. Ambisi dan perasaan sesaat lebih menguasi dirinya sehingga mereka ada dalam kedamaian semua yang menyesatkan.
Bagi orang beriman, apapun agamanya, mereka menemukan Tuhan dalam kesadaran akan hati nuraninya. Dengan nuraninya mereka mengasah kepekaan akan kehadiran dan kehendak Tuhan yang diimaninya. Mana kala orang menutup diri dari suara nurani bahkan mematikannya sehingga seolah hilang dari dirinya maka pada saat yang sama mereka telah menolak Tuhan yang diimaninya. Andaipun mereka berteriak Tuhan, Tuhan, itu adalah topeng untuk mengelabuhi orang lain. Maka kiranya pada diri orang-orang ini tidaklah penting dipertanyakan dimana Tuhan dan apa kehendak Tuhan.
Lalu Tuhan ada dimana? Ia ada di dalam harapan setiap orang yang berkehendak baik dan berhati nurani.
Iwan Roes
Catatan di Penghujung Hari
10 Mei 2017
Saat makan siang, setelah mendengar Hakim memutuskan Ahok dihukum 2 tahun penjara, seorang teman bertanya: ”Saat seperti ini Tuhan ada dimana? Apa sih kehendak Tuhan dengan peristiwa ini? Kenapa orang yang baik, berjuang untuk masyarakat harus dizolimi dan mengalami ketidakadilan? Saat Majelis Hakim memutuskan bukankah mereka mengatasnamakan Allah?” Pertanyaan yang menohok dan sulit untuk dijawab. Saya balik bertanya: Bukankah ini masalah hukum yang dibawa pada ranah politik? Kenapa mesti dipertanyakan secara teologis? “Banyak orang menangis dan bersedih saat mendengar keputusan itu, apakah mereka orang yang mengerti hukum dan politik? Bukankah mereka orang biasa yang mempertanyakan keadilan dan cinta? Bukankah mereka masuk dalam pengalaman akan Allah yang berarti masalah teologis?” : Sahut teman itu.
Pertanyaan teman itu adalah pertanyaan existensial manusia ketika kemampuan manusiawi tidak lagi bisa menjawab persoalan yang dihadapi. Akan tetapi mungkin juga pertanyaan itu adalah bentuk kekesalan atas situasi negeri ini yang memenangkan sekelompok orang yang menggunakan kekuatan massa untuk menekan penguasa negeri ini sehingga menuruti kemauan mereka. Berhadapan dengan peristiwa putusan pengadilan banyak orang mempertanyakan dimana keadilan berada. Ketika pengadilan jauh dari rasa keadilan maka yang hilang adalah hati nurani. Maka orang yang menangis dan sedih adalah orang-orang yang merasakan hilangnya hati nurani. Mereka merasakan hati nurani mereka terkoyak oleh perilaku orang-orang yang kehilangan rasa dan hati nuraninya. Mereka yang kehilangan hati nurani hanya akan mengandalkan nalar saja, itupun sudah tidak jernih lagi. Ambisi dan perasaan sesaat lebih menguasi dirinya sehingga mereka ada dalam kedamaian semua yang menyesatkan.
Bagi orang beriman, apapun agamanya, mereka menemukan Tuhan dalam kesadaran akan hati nuraninya. Dengan nuraninya mereka mengasah kepekaan akan kehadiran dan kehendak Tuhan yang diimaninya. Mana kala orang menutup diri dari suara nurani bahkan mematikannya sehingga seolah hilang dari dirinya maka pada saat yang sama mereka telah menolak Tuhan yang diimaninya. Andaipun mereka berteriak Tuhan, Tuhan, itu adalah topeng untuk mengelabuhi orang lain. Maka kiranya pada diri orang-orang ini tidaklah penting dipertanyakan dimana Tuhan dan apa kehendak Tuhan.
Lalu Tuhan ada dimana? Ia ada di dalam harapan setiap orang yang berkehendak baik dan berhati nurani.
Iwan Roes
Selasa, 09 Mei 2017
liputan....
Misa Tirakatan / Novena IV Kamis 4 Mei 2017
Misa Tirakatan / Novena IV Kamis 4 Mei 2017
di Taman Doa Bunda Kristus "TEBAR KAMULYAN" Subang - Jawa Barat
Pelaksanaan Misa Tirakatan pada malam itu tidak
bisa dilaksanakan di depan Gua Maria dikarenakan sedang direnovasi
atapnya, sehingga Upaca Misa dilaksanakan di dalam Gedung Gereja, Umat
yang hadir selain dari Subang banyak juga yang datang dari luar paroki
Subang (Jakarta, Karawang, Purwakarta, Bandung, Pamanukan dll). Misa
dipimpin oleh Romo Sigit Setyantoro. Tema pada malam itu adalah :
"Perjuangan untuk menyelamatkan dan menghidupi keluarga" Dalam
Renungannnya Romo Sigit mengetengahkan ; Jijka kita bicara masalah
Persoalan memenuhi kebutuhan keluaraga, maka lansung dikaitkan dengan
bagaimana memenuhi kebutuhan ekonomi, kebutuhan materi, oleh sebab itu
tidak jarang pula langsung diuukur dengan tingkat kemampuan, berapa
penghasilan atau upah yang kita terima dikaitkan dengan bagaimana segala
kebutuhan untuk menghidupi keluarga bisa dipenuhi. Kalo kita Kaitkan
dengan Tema malam ini (Perjuangan untuk menyelamatkan dan menghidupi
keluarga) tentu saja tidak sebatas pemenuhan secara eknonomi ataupun
materi., Jika pemenuhan kebutuhan untuk menyelamatkan keluarga hanya
sebatas peemenuhan ekonomi atau materi maka perjuangan untuk
menyelamatkan keluarga belum sempurna.
Didalam bacaan kita diajak untk meneladani Keluarga Nasaret yang
berjuang untuk menyelamatkan dan menghidupi keluarga tapi sama sekali
tidak disinggung masalah ekonomi ataupun emosi. Apa yang terjadi jika
Orang tua yang mempunyai anak kecil dan tiba-tiba berada pada situasi
dimana tiba-tiba keberadaan anaknya tidak diketahui, karena anaknya
tidak pamit saat pergi, tentu akan cemas, bingung dan segera mencari
tahu dimana anak itu berada itu reaksi yang manusiawi. Bagaimana dengan
peristiwa saat Yosep dan Maria yang tiba-tiba Yesus hilang/ tidak lagi
berada ditempatnya..... Apa yang diperbuat Yosep adalah satu usaha
untuk menjaga keutuhan keluarga, jadi pada saat menemukan Yesus di Bait
Allah kemudian ditanya Oleh Yesus " Kenapa Engkau mencari Aku ..? Yosep
dan Maria tidak menunjukkan sikap emosi ataupun marah... dan tidak tahu
harus biacara apa dan tidak memamahai apa yang sebenarnya terjadi. Dan
pada saat itu Pergulatan batin tidak semata-mata dialami oleh Maria,
akan tetapi Maria menyimpan segala perkara itu dalam hatinya.
Didalam Doa Rosario ada "Peristiwa Gembira" dikaitkan dengan peristiwa
saat Yosep dan Maria kehilangan Yesus dan menemukannya kembali di Bait
Allah , dimana sebuah penderitaan , kecemasan karena kehilangan anaknya
kemudian menemukannya kembali disitu ada peristiwa gembira, sukacita
yang muncul .
Keteladanan keluarga Nasareth adalah bagaimana kesulitan yang harus
dijalani, kesengsaraan, derita dan kelelahan yang di alami mereka
simpan dalam hatinya sehingga semua kesengsaraan yang dialami tetap bisa
dimaknai sebagai sebuah kegembiraan .
Memenuhi kebutuhan dan Menyelamatkan keluarga sebetulnya sebagai bagian
dari perjuangan untuk menyelamatkan dan menghidupi keluarga yang
dilandasi sikap batin dan merenungkannya. serta menyimpan didalam
hatinya , maka segala kesusahan, segala kesulitan adalah jalan untuk
menyadari kehendak Allah.
Seperti biasa Misa diakhiri dengan Adorasi, dan seusai Misa, kepada
semua umat yang hadir panitia menyediakan Nasi Liwet khas Tebar Kamulyan
dan ngopi serta ngeteh bersama, Terimakasih atas kehadiran para
peziarah, Tuhan memberkati
liputan dalam gambar...
liputan dalam gambar...
Langganan:
Postingan (Atom)