Kamis, 09 Maret 2017

Renungan : oleh Romo Rusbani Setiawan BS.
Catatan di Penghujung Hari
9 Maret 2017

Beberapa waktu yang lalu saya mendapat cerita dari seorang teman kalau saudaranya sedang dirundung duka yang mendalam. Putri saudaranya yang baru berumur 13 tahun ketahuan mengandung. Duka yang semakin menyesakkan setelah keluarga itu tahu bahwa pelaku perbuatan bejad itu adalah guru mengaji putrinya. Putrinya selama ini menyembunyikan perbuatan guru ngajinya karena takut, sebab diancam kalau bercerita akan dibunuh. Cerita yang amat menyedihkan dan membikin marah.
​Kisah memilukan tentang perempuan menjadi korban kekerasan sudah sering terdengar dan muncul dalam banyak pemberitaan. Harian Kompas yang terbit hari ini memberitakan catatan Tahunan 2017 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) bahwa terdapat 259.150 kasus kekerasan yang ditangani pada 2016. Dari jumlah kasus itu, 255.753 terjadi di ranah personal dan sisanya di ranah negara. Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban menyoroti adanya banyak kasus kekerasan terhadap perempuan baik verbal maupun fisik dan seksual yang belum tersentuh oleh hukum. Maka perlu penegakan hukum yang lebih serius agar kekerasan-kekerasan terhadap perempuan segera diakhiri. Ketua LPSK juga menyoroti banyak perempuan yang dianggap sebagai pemicu kekerasan dan pelecehan yang dialaminya. Veni Oktorini, ketua Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan menegaskan bahwa semenjak membuat berita acara pidana, korban mengalami penghakiman oleh aparat penegak hukum. Pertanyaan yang dilontarkan seolah menuduh bahwa kekerasan terjadi karena korban yang memulai akibat berpakaian atau berbicara yang tidak sesuai norma. Pelaku kekerasan sering dihukum terlalu ringan dibandingkan dengan penderitaan dan trauma hidup para korban.
​Perempuan adalah ibu. Menyalurkan hidup dengan cintanya yang luar biasa. Perempuan disebut Hawa (Hawwah) karena ia menghidupkan. Maka kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan bukan hanya sebuah tindakan melawan kemanusiaan tetapi lebih dari itu adalah tindakan melawan hidup, melawan cinta yang luar biasa. Kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan menghacurkan ibu, menghancurkan kehidupan.
​Adakah dunia bisa hidup tanpa ibu dan cintanya?

Iwan Roes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar