Catatan di Penghujung Hari
17 Maret 2017
Berita harian
Kompas hari ini di bawah judul Mengecor Kaki hingga Bertemu Presiden
memberitakan perjuangan petani Kendeng di depan Istana Medeka. Para
petani itu rela menyiksa diri memasung kaki dengan semen sebagai bentuk
penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng. Para
petani Kendeng khawatir dengan adanya pembangunan pabrik semen akan
merusak lingkungan yang dampaknya akan ditanggung oleh masyarakat
banyak. Maka perjuangan mereka bukan
hanya perjuangan untuk kepentingan mereka sendiri tetapi perjuangan
untuk kelestarian lingkungan. Pihak PT. Semen Indonesia mengatakan bahwa
mayoritas warga sekitar pabrik mendukung keberadaan pabrik semen.
Berhadapan dengan situasi pro kontra semacam itu tentu dibutuhkan dialog dengan semua pihak. Dalam proses dialog yang sering hilang adalah kejujuran dan keterbukaan semua pihak. Pihak pabrik semen hendaknya dengan jujur dan tebuka menjelaskan dampak yang mungkin terjadi dengan adanya penambangan pegunungan karst bagi ekosistem di daerah pegunungan Kendeng. Jangan hanya bicara soal keuntungan yang didapat oleh masyarakat sekitar. Belajar dari kasus pembukaan lahan sawit di Kalimantan Barat. Para pengelola perkebunan sawit menggunakan segala cara untuk mengkampanyekan keuntungan apabila rakyat menyerahkan lahannya untuk perkebunan sawit. Keuntungan-keuntungan ekonomi yang menggiurkan ditawarkan agar masyarakat menyerahkan lahannya untuk perkebunan sawit. Namun masyarakat tidak pernah atau kurang mendapatkan pemahaman tentang dampak ekosistem dengan adanya perkebunan sawit. Akibatnya banyak masyarakat menyerahkan lahannya untuk perkebunan sawit karena tergiur oleh keuntungan ekonomi yang dikampanyekan tanpa memikirkan dampaknya. Dan lihatlah apa yang terjadi dengan daerah-daerah perkebunan sawit dan betapa menderitanya masyarakat di sana.
Kembali soal pegunungan Kendeng, hendaknya pemerintah daerah pertama-tama berpihak pada masyarakat dan lingkungan sampai terbukti bahwa pembangungan pabrik semen tidak punya dampak kerusakan lingkungan dalam jangka panjang.
Titik pijak dialog adalah kesejahteraan masyarakat banyak bukan hanya pada masa kini tetapi juga untuk generasi mendatang. Jangan sampai pemikiran-pemikiran pragmatis mengalahkan pemahaman yang luas dan mendalam. Pemerintah akan berganti, petinggi dan pejabat pabrik semen akan berganti, tetapi masyarakat di pegunungan Kendeng turun temurun tinggal di sana. Bila ada dampak kerusakan lingkungan masyarakatlah yang akan menerima akibatnya.
Penyelesaian pragmatis dan keuntungan jangka pendek seringkali memberi akibat panjang bagi kehidupan.
Berhadapan dengan situasi pro kontra semacam itu tentu dibutuhkan dialog dengan semua pihak. Dalam proses dialog yang sering hilang adalah kejujuran dan keterbukaan semua pihak. Pihak pabrik semen hendaknya dengan jujur dan tebuka menjelaskan dampak yang mungkin terjadi dengan adanya penambangan pegunungan karst bagi ekosistem di daerah pegunungan Kendeng. Jangan hanya bicara soal keuntungan yang didapat oleh masyarakat sekitar. Belajar dari kasus pembukaan lahan sawit di Kalimantan Barat. Para pengelola perkebunan sawit menggunakan segala cara untuk mengkampanyekan keuntungan apabila rakyat menyerahkan lahannya untuk perkebunan sawit. Keuntungan-keuntungan ekonomi yang menggiurkan ditawarkan agar masyarakat menyerahkan lahannya untuk perkebunan sawit. Namun masyarakat tidak pernah atau kurang mendapatkan pemahaman tentang dampak ekosistem dengan adanya perkebunan sawit. Akibatnya banyak masyarakat menyerahkan lahannya untuk perkebunan sawit karena tergiur oleh keuntungan ekonomi yang dikampanyekan tanpa memikirkan dampaknya. Dan lihatlah apa yang terjadi dengan daerah-daerah perkebunan sawit dan betapa menderitanya masyarakat di sana.
Kembali soal pegunungan Kendeng, hendaknya pemerintah daerah pertama-tama berpihak pada masyarakat dan lingkungan sampai terbukti bahwa pembangungan pabrik semen tidak punya dampak kerusakan lingkungan dalam jangka panjang.
Titik pijak dialog adalah kesejahteraan masyarakat banyak bukan hanya pada masa kini tetapi juga untuk generasi mendatang. Jangan sampai pemikiran-pemikiran pragmatis mengalahkan pemahaman yang luas dan mendalam. Pemerintah akan berganti, petinggi dan pejabat pabrik semen akan berganti, tetapi masyarakat di pegunungan Kendeng turun temurun tinggal di sana. Bila ada dampak kerusakan lingkungan masyarakatlah yang akan menerima akibatnya.
Penyelesaian pragmatis dan keuntungan jangka pendek seringkali memberi akibat panjang bagi kehidupan.
Iwan Roes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar