Minggu, 05 Maret 2017

Renungan : oleh Romo Rusbani Setiawan BS
Catatan di Penghujung Hari
4 Maret 2017

Sejak kemarin, bermunculan berita terkait pertemuan Raja Salman dengan para tokoh agama. Pernyataan Raja Salman yang mengapresiasi toleransi di Indonesia dan ajakan untuk melawan gerakan radikalisme dan ekstrimisme yang bermuara pada tindakan terror menjadi pokok dari berita tersebut. Pertemuan Raja Salman dengan tokoh-tokoh agama menampakan tindakan simbolis dan pernyataanya menjadi pesan simbolis yang kuat dari pemerintah dalam upaya menjaga kerukunan antar umat beragama yang pada akhir-akhir ini sering ternodai di negeri ini.
​ Beberapa waktu sebelum kedatangan Raja Salman, banyak beredar berita di media sosial bahwa tujuan kedatangan beliau ke Indonesia sebagai dukungan terhadap tokoh-tokoh gerakan yang dikenal dengan gerakan 212 dan turunannya. Selain itu juga dukungan terhadap umat muslim di Indonesia. Kenyataannya Raja Salman datang ke Indonesia sebagai kepala negara dan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi bukan sebagai tokoh Islam yang mengunjungi umatnya di negeri ini. Misi beliau yang pertama dan utama sebagai mana dilansir oleh banyak media adalah menjalin hubungan antar dua negara dan misi “dagang”. Artinya kedatangan beliau bisa disejajarkan dengan kedatangan para pemimpin negara dan atau pemerintahan negara sahabat.
Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri Raja Kerajaan Arab Saudi tetap harus dilihat sebagai tokoh Besar umat muslim, karena di sanalah Islam lahir dan bermula. Arab Saudi menjadi kiblat dari agama Islam, secara khusus di Indonesia. Bahkan perkembangan akhir-akhir ini budaya Islam di Indonesia berpusat pada Arab Saudi, dan semakin sulit dipisahkan mana budaya Arab dan mana budaya Indonesia. Tidak jarang muncul anggapan semakin mengikuti budaya Arab semakin Islami. pada kelompok Islam tertentu yang merasa diri lebih menghayati keislaman cenderung membuat aturan dan anjuran yang eksklusif. Perjumpaan para tokoh Agama dengan Raja Salman yang diatur oleh Pemerintah menyampaikan pesan kuat dan jelas bahwa tokoh Besar Umat Islam yang asli Arab penjaga tanah suci ternyata berbeda dengan kelompok Islam tertentu di negeri ini. Raja Salman tidak haram berjumpa dengan tokoh-tokoh agama lain, tidak haram berjabat tangan dengan perempuan dan yang lebih penting adalah beliau menjunjung tinggi sikap inklusif dan toleransi antar agama, bahkan beliau mengecam radikalisme dan ekstrimisme.
Semoga tindakan simbolis dengan pesan yang jelas dan tegas meneguhkan pemerintah untuk semakin berani dan tegas melawan golongan-golongan yang hendak merusak kerukunan antar umat beragama.

Iwan Roes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar