Senin, 27 Maret 2017

Renungan : oleh Romo Rusbani Setiawan BS.
Catatan di Penghujung Hari
24 Maret 2017

Sudah sejak beberapa tahun yang lalu beberapa telivisi swasta menyelenggarakan ajang pencarian bakat. Banyak orang yang tertarik untuk mengikuti ajang tersebut dan banyak orang pula yang menonton acara itu. Sehingga program televisi itu menjadi acara favorit dan tentu saja menaikkan rating. Apa yang dihasilkan oleh ajang itu adalah seseorang dengan kemampuan tertentu dengan cara yang cepat menjadi idola; orang yang dikagumi, dicintai dan di puja banyak orang. Menjadi idola itulah yang magnet bagi banyak orang untuk mengikuti acara tersebut; apalagi menjadi idola dalam waktu yang cepat. Virus idola ini begitu cepat menyebar sehingga banyak orang melakukan berbagai hal agar menjadi idola. Oleh karena itu banyak orang selalu ingin tampil dan mendapat pujian. Untuk bisa menjadi idola atau minimal bisa menunjukkan diri dan mendapat pujian tidak jarang orang menghalalkan segala cara.
Budaya instan dan budaya idol menjadikan orang cenderung hidup dalam hingar bingar. Mereka ingin segala sesuatu ditunjukkan kepada khalayak dan ingin selalu mendapatkan pujian dari khalayak. Akibatnya tanpa disadari mereka akan jatuh pada kebiasan untuk melakukan sesuatu harus mendapat pujian atau dilihat oleh khalayak. Ada yang tidak disadari bahwa budaya instan dan budaya idol cepat berlalu dan hilang seperti asap diterbangkan angin. Dalam kenyataan hidup di masyarakat, tokoh-tokoh perubahan dan pembaharu bukanlah orang-orang yang hidup dalam hingar bingar dan menunjukkan apa yang dikerjakan kepada khalayak untuk mendapatkan pujian. Mereka memilih menempuh jalan sunyi. Mereka adalah orang-orang yang dengan tekun dan setia menjalankan hal-hal yang kecil mungkin diremehkan orang tetapi membawa dampak luar biasa bagi kehidupan. Fokus hidup mereka adalah keprihatinan akan persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan. Dalam kesunyian mereka hadir di dalam dan bagi kehidupan masyarakat. Karenanya tidak banyak orang yang memilih jalan ini.
Keprihatinan akan sesuatu di sekitarnya menjadikan dia resah, keresahan menghasilkan kehendak, kehendak yang kuat menghasilkan keputusan untuk bertindak. Keprihatinan yang mendalam menjadikan keputusan bertindak yang diwarnai hasrat yang membakar dirinya. Maka orang-orang itu menempuh jalan sunyi dengan penuh kebahagiaan. Benarlah ungkapan cinta telah menghanguskan dirinya.
Ketika jaman ini diwarnai budaya instan dan idol semoga tidak menjadikan negeri ini kehilangan orang-orang yang berani menempuh jalan sunyi sehingga pembaruan dan perubahan tetap selalu ada.

Iwan Roes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar