Catatan di Penghujung Hari
1 Maret 2017
Dalam berita
harian Kompas hari ini, di bawah judul Pelanggaran Meningkat,
memberitakan laporan tahunan Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan
Indonesia tahun 2016 yang disusun Wahid Foundation. Dalam laporan itu
menunjukkan, selama tahun 2016 terjadi 204 peristiwa pelanggaran
Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan (KBB). Jumlah itu naik 7 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya 190 peristiwa. Pelaku pelanggaran
KBB didominasi pemerintah dan aparat,
yaitu 130 dari 204 peristiwa. Lainnya dilakukan masyarakat dan ormas.
Lebih lanjut diberitakan pentingnya kepala daerah dalam menciptakan
suasana toleransi di daerah yang dipimpinnya.. Sekali kepada daerah
mengeluarkan kebijakan diskriminasi akan langsung terasa suasana
intoleransi di daerah. Pasalnya, kebijakan itu akan diikuti warganya.
Dalam kenyataan di masyarakat sebenarnya hubungan antar anggota masyarakat nampak sikap yang inklusif dan tidak melihat orang dari sisi sara. Sikap esklusif dan intoleran yang menjurus pada tindakan intoleran terjadi di masyarakat akibat dari ajaran dan anjuran dari para pemimpin masyarakat atau pemimpin agama. Ajaran dan anjuran dari pemimpin masyarakat atau pemimpin agama sering kali mengatakan bahwa golongan mereka lebih baik dari golongan lain dan berusaha agar golongan lain menjadi seperti golongannya. Dampak dalam masyarakat tersebut golongan tertentu mayoritas dari sisi jumlah maka akan berusaha agar tidak ada golongan lain dalam masyarakatnya. Sikap dan tindakan para pemimpin masyarakat atau pemimpin agama yang demikian itu amat menyedihkan. Hal yang lebih menyedihkan adalah para pendidik di sekolah-sekolah negeri sering kali entah sengaja atau tidak menanamkan sikap-sikap intoleran. Dalam praktiknya sering kali selalu menonjolkan agama yang dianutnya dan menjelekkan agama lain. Bahkan tidak jarang ada tindakan “bulliying” kepada peserta didik yang berbeda keyakinan. Kecenderungan ajaran dan anjuran intoleran akhir-akhir ini semakin banyak terjadi. Dan bila dibiarkan kesatuan dan persatuan masyarakat di negeri ini akan hancur.
Anomali nampak terjadi di negeri ini, semakin nampak pandai seseorang dan atau semakin nampak mendalam pengetahuan seseorang tentang agama semakin esklusif dan intoleran. Bukankah seharus semakin inklusif, bukankah pengetahuan mendasarkan pada kemanusiaan dan agama pada hukum kasih? Jangan-jangan yang terjadi pada mereka hanya nampak pandai dan nampak mendalam dalam hal agama bukan yang sesungguhnya.
Dalam kenyataan di masyarakat sebenarnya hubungan antar anggota masyarakat nampak sikap yang inklusif dan tidak melihat orang dari sisi sara. Sikap esklusif dan intoleran yang menjurus pada tindakan intoleran terjadi di masyarakat akibat dari ajaran dan anjuran dari para pemimpin masyarakat atau pemimpin agama. Ajaran dan anjuran dari pemimpin masyarakat atau pemimpin agama sering kali mengatakan bahwa golongan mereka lebih baik dari golongan lain dan berusaha agar golongan lain menjadi seperti golongannya. Dampak dalam masyarakat tersebut golongan tertentu mayoritas dari sisi jumlah maka akan berusaha agar tidak ada golongan lain dalam masyarakatnya. Sikap dan tindakan para pemimpin masyarakat atau pemimpin agama yang demikian itu amat menyedihkan. Hal yang lebih menyedihkan adalah para pendidik di sekolah-sekolah negeri sering kali entah sengaja atau tidak menanamkan sikap-sikap intoleran. Dalam praktiknya sering kali selalu menonjolkan agama yang dianutnya dan menjelekkan agama lain. Bahkan tidak jarang ada tindakan “bulliying” kepada peserta didik yang berbeda keyakinan. Kecenderungan ajaran dan anjuran intoleran akhir-akhir ini semakin banyak terjadi. Dan bila dibiarkan kesatuan dan persatuan masyarakat di negeri ini akan hancur.
Anomali nampak terjadi di negeri ini, semakin nampak pandai seseorang dan atau semakin nampak mendalam pengetahuan seseorang tentang agama semakin esklusif dan intoleran. Bukankah seharus semakin inklusif, bukankah pengetahuan mendasarkan pada kemanusiaan dan agama pada hukum kasih? Jangan-jangan yang terjadi pada mereka hanya nampak pandai dan nampak mendalam dalam hal agama bukan yang sesungguhnya.
Iwan Roes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar