Minggu, 19 Februari 2017

Renungan Oleh : Romo Rusbani Setiawan BS.


Catatan di Penghujung Hari
18 Februari 2017

Dalam berita harian Kompas tanggal 17 Februari 2017 di bawah judul Pelajaran Berharga dari Kabupaten Buton, memberitakan bahwa pasangan calon bupati yang juga adalah petahana Samsu Umar Abdul Samiun – La Bakry menang melawan kotak kosong. Status hukum Umar sebagai tersangka kasus penyuapan mantan Ketua Hakim Konstitusi Akil Mochtar dan sudah ditahan KPK sejak 26 Januari 2017 tidak mempengaruhi para pendukungnya untuk memilih. Bagi para pendukungnya kendati sebagai tahanan KPK, Umar tetaplah pahlawan. Harian ini juga memberitakan bagaimana para pengikut Dimas Kanjeng tetap setia meski ia telah ditahan dengan dugaan penipuan dan otak pembunuhan.
            Apa yang terjadi terhadap para pendukung Umar dan pengikut Dimas Kanjeng terasa aneh bila dinalar. Para pendukung seolah tidak peduli dengan perilaku dari tokoh idolanya, entah dia benar atau salah ,  baik atau jahat tetap idola maka di mata mereka hanya nampak apa yang baik saja. Kebaikan dari tokoh idola bisa menutupi semua kesalahan dan kejahatan yang dilakukannya. Mengidolakan seseorang yang cenderung menjadi mengkultuskan seseorang amat mudah terjadi. Ada begitu banyak contoh bagaimana model-model mengkultuskan individu tertentu sehingga membutakan seseorang.
            Pilkada sudah, sedang dan akan berlangsung di berbagai daerah. Dengan pilkada akan muncul tokoh-tokoh yang dijadikan idola.  Dengan berbagai macam cara tim sukses menunjukkan sisi baik dan kelebihannya agar tokoh tertentu menjadi idola dan menjadi pemenang dalam pilkada. Apabila tidak hati-hati apa yang dilakukan tim sukses  akan membawa masyarakat jatuh pada pengkultusan. Akibatnya orang tidak lagi menjadi kritis terhadap idolanya. Sikap kritis amat diperlukan agar orang tidak terjebak dalam pengkultusan  yang seringkali menimbulkan kerugian bagi diri sendiri maupun masyarakat. Tanpa bermaksud membuat kampanye hitam, butuh orang lain yang berani menyuarakan sikap kritis terhadap para pasangan calon. Dengan demikian masyarakat diajak untuk memilih dengan cerdas, mampu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan calon.
            Mengagumi dan mendukung tokoh selalu baik akan tetapi tidak harus kehilangan sikap kritis sehingga tidak terbuai dan tertipu.

Iwan Roes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar