Catatan di Penghujung
Hari
15 Februari 2017
Dalam dua hari terakhir di media
sosial bersliweran meme maupun tulisan mengenai Mantan Presiden SBY. Meme dan tulisan bernada negatif dan mengarah
pada bullying muncul setelah beliau mengadakan konferensi pers menanggapi apa
yang dikatakan Antasari yang mengatakan dirinya dikriminalisasi oleh penguasa
pada jamannya. Sudah berulang kali muncul meme dan kalimat negative tentang SBY
setelah beliau membuat pernyataan. Kendati selalu menimbulkan komentar negatif
dan memunculkan meme yang mengarah ke bullying namun tidak menyurutkan beliau
untuk terus memunculkan komentar-komentar atau yang sering dipahami oleh publik
sebagai Curhat.
Munculnya
meme-meme bernada bullying yang diarahkan kepada mantan Presiden ini amat
memprihatinkan. Apapun yang terjadi beliau pernah 10 tahun memimpin negeri ini.
Tentu bisa dipertanyakan siapa yang salah, yang membuat meme atau yang curhat.
sulit untuk mengatakan bahwa para pembuat meme adalah pihak yang salah karena
mereka akan mengatakan bukan penyebab tetapi akibat dari curhat. Sementara
pihak yang curhat juga sulit dipersalahkan karena curhat adalah hak pribadi
seseorang.
Mencurahkan
isi hati atau yang lebih dikenal sebagai curhat karena senang, sedih atau
gundah dan semacamnya adalah sebuah hak pribadi seseorang. Curhat kepada kawan
atau saudara adalah tindakan yang baik dan sehat karena seringkali dengan
curhat membantu untuk meringankan beban yang sedang diembannya. Akan tetapi
apabila curhat itu ditujukan kepada public melalui media sosial rasanya menjadi
kurang elok dan ada kesan kekanak-kanakan. Pertama kesan kekanak-kanakan muncul
karena dengan tindakan itu memunculkan pandangan bahwa yang bersangkutan
membutuhkan perhatian, dan belas kasih. Maka ketika yang curhat adalah mantan
orang nomor satu negeri ini sebagian besar reaksi yang muncul adalah “kemuakan”.
Kesan kekanak-kanakan kedua muncul
karena dengan curhat ke publik seolah-olah mengumbar perasaan. Rasa perasaan yang muncul langsung
diungkapkan seolah-olah tidak ada kontrol atau penyaringnya. Ketika seseorang
masih mudah mengumbar perasaan maka menunjukkan bahwa yang bersangkutan belum
“menep” artinya tidak mempunyai kemampuan untuk mengolah rasa dan berdiscretio.
Sebuah ciri kedewasaan seseorang adalah kemampuan untuk mengolah rasa dan
berdiscretio sehingga apa yang muncul darinya sebuah tuturan atau tindakan
bijak yang penuh kasih dan kedamaian.
Publik
bukan tempat yang baik untuk curhat. Bila orang dewasa dengan mudah curhat
kepada publik maka orang itu adalah orang perlu dikasihani karena orang
tersebut menempatkan diri seperti remaja yang masih labil dan butuh perhatian.
Iwan Roes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar