Catatan di Penghujung
Hari
13 Februari 2017
Berita online Tempo.com memberitakan bahwa Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan surat edaran perihal larangan
bagi pelajar untuk merayakan hari kasih sayang
(Valentine’s Day). Menurut Ahmad Hadad pelarangan ini sebagai bentuk
komitmen pemerintah dalam membangun karakter peserta didik serta menjaga dari
kegiatan yang bertentangan dengan norma agama, sosial dan budaya. Larangan ini
berlaku bagi pelajar baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Maka
untuk memastikan tidak dilanggarnya aturan itu maka para Kepala Sekolah diminta
untuk melakukan pengawasan dan pemantauan.
Surat
edaran berisi larangan merayakan Valentine’s Day satu sisi bisa dimengerti agar
tidak ada akibat negatif yang ditimbulkan karena para pelajar membuat kegiatan
untuk merayakan Valentine’s Day. Di sisi lain surat edaran ini terkesan
mengada-ada dan kekanak-kanakan untuk dibuat oleh institusi yang menaungi
pendidikan. Surat edaran semacam itu sudah pasti bukan sebuah tindakan pendidikan
karena tidak mendidik, apalagi untuk generasi sekarang ini. Generasi lintas
batas yang sudah terhubung dengan dunia manapun. Maka tidaklah elok mereka
dibatasi dengan sebuah aturan larangan dan diikuti dengan pengawasan. Munculnya
surat edaran tersebut menunjukkan bahwa Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat tidak memahami siapa dan seperti apa karakter pelajar yang menjadi
tanggung jawab mereka. Cara berpikir sendiri yang kemudian diterapkan begitu
saja. Peraturan yang dibuat tidak berpihak pada kepentingan pendidikan pelajar
Hukum
dan Peraturan apapun seharusnya berdasar pada semangat kasih. Maka berkaitan
dengan perayaan Valentine’s Day hendaknya para pelajar didekati dengan semangat
kasih untuk mendidik mereka. Langkah pertama adalah pemahaman bahwa pelajar
bukan anak kecil dan bukan orang bodoh. Dengan kesadaran itu maka apa yang
mesti dilakukaan adalah memberi penjelasan dan pemahaman apa dan mengapa dengan
Valentine’s Day. Pemahaman akan nilai luhur dari perayaan itu bisa mengantar
para pelajar untuk mencari bentuk perayaan yang tepat. Pada tahap itu perlu
pendampingaan agar tidak salah dalam memilih cara. Dengan demikian nampak
semangat kasih dalam mendidik.
Jangan-jangan
pelarangan ini bukan soal pendidikan tetapi kepentingan golongan tertentu yang
disucikan dengan nilai-nilai pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar