Catatan di Penghujung Hari
6 April 2017
Di halaman gerejaku tumbuh pohon alpukat yang amat besar dengan
dahan-dahan dan daun-daun yang lebat sehingga bisa menjadi peneduh.
Banyak orang senang ngobrol dibawah pohon alpukat. Pohon itu sudah tua
namun masih kokoh. Sejak saya tinggal di tempat gereja itu tidak pernah
melihat pohon itu berbuah, hanya mendengar cerita bahwa pohon itu buah
amat baik dan enak. Alpukat mentega kata orang-orang tua
yang pernah melihat dan mengalami saat pohon itu masih berbuah.
Beberapa waktu ada perbincangan yang mengusulkan agar pohon itu ditebang
saja dan diganti dengan pohon buah yang baru. Menurut mereka yang
mengusulkan agar pohon itu ditebang, alasannya kalau pohon buah harus
menghasilkan buah yang dapat dinikmati, kalau pohon buah tidak
menghasilkan buah yang dapat dinikmati untuk apa, tidak berguna.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan pohon alpukat itu ditebang
beralasan, kendati pohon itu tidak berbuah akan tetapi pohon itu masih
berfungsi sebagai peneduh, buktinya banyak orang senang duduk dan
ngobrol di bawah pohon itu.
Mendengar pembicaraan beberapa orang tentang pohon alpukat amat menarik perhatian. Bukan soal ditebang atau tidak akan tetapi pernyataan kalau pohon buah maka yang diharapkan adalah buahnya. Akan tetapi bila pohon buah itu tidak berbuah minimal masih bermanfaat sebagai peneduh sehingga menjadikan alasan untuk tidak ditebang. Setiap manusia tentu diharapkan menghasilkan buah dari hidupnya. Sebagai pemimpin dan pelayan masyarakat buahnya adalah kesejahteraan seluruh masyarakat, politisi buahnya adalah perjuangan untuk kesejahteraan rakyat, para penegak hukum buahnya adalah keadilan yang sama dimuka hukum bagi setiap warga masyarakat dan sebagainya. Akan tetapi bila tidak menghasilkan buah maka diharapkan minimal dapat memberikan perlindungan bagi orang lain. Kalau tidak menghasilkan buah dan tidak bisa memberikan perlindungan tetapi malah membuat gaduh, suasana panas terpecah belah dan menyengsarakan untuk apa?
Harus ditebang dan diganti dengan tunas yang baru?
Mendengar pembicaraan beberapa orang tentang pohon alpukat amat menarik perhatian. Bukan soal ditebang atau tidak akan tetapi pernyataan kalau pohon buah maka yang diharapkan adalah buahnya. Akan tetapi bila pohon buah itu tidak berbuah minimal masih bermanfaat sebagai peneduh sehingga menjadikan alasan untuk tidak ditebang. Setiap manusia tentu diharapkan menghasilkan buah dari hidupnya. Sebagai pemimpin dan pelayan masyarakat buahnya adalah kesejahteraan seluruh masyarakat, politisi buahnya adalah perjuangan untuk kesejahteraan rakyat, para penegak hukum buahnya adalah keadilan yang sama dimuka hukum bagi setiap warga masyarakat dan sebagainya. Akan tetapi bila tidak menghasilkan buah maka diharapkan minimal dapat memberikan perlindungan bagi orang lain. Kalau tidak menghasilkan buah dan tidak bisa memberikan perlindungan tetapi malah membuat gaduh, suasana panas terpecah belah dan menyengsarakan untuk apa?
Harus ditebang dan diganti dengan tunas yang baru?
Iwan Roes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar